Monday, May 8, 2017

Terjawab Sudah Kenapa Listrik Rumah Saya Mahal



Jagad perumahtanggaan lagi heboh banget ngomongin tarif listrik yang naik lebih dari 50%. Jelas banyak yang emosi dengan naiknya tarif listrik ini. Rata-rata pada ngehujat pemerintah, meskipun tak sedikit juga yang kalem aja.

Saya termasuk golongan yang kalem. Dari dulu juga gitu sih, mau ada berita harga apa aja yang naik, saya tetep lempeng aja. Soalnya bagian bayar-bayar kan urusan suami. Harga sembako, daging, atau cabe naik juga gak ngaruh banyak di saya, wong saya jarang belanja. Buat makan sering beli di luar, dan pedagang makanan kan meskipun ini itu naik jarang naikkin harga menunya, paling porsinya aja yang agak dikurangi. Jadi kalau kamu mau punya temen dunia maya yang timelinenya jarang panas, followlah akun sosmed saya, haha ujung-ujungnya promosi.

Balik soal tarif listrik, awalnya saya gak mau cari tau lebih dalam tentang berita ini. Cuma pernah baca sekilas kalau yang naik cuma yang bersubsidi tapi dianggap gak layak mendapat subsidi alias kaum menengah ke atas. Ya udah deh, abis itu close tab.

Tapi kemarin baca postingan mbak Windi Teguh tentang kenaikan listrik yang diulas mendalam dengan bahasa yang mudah dipahami, saya jadi jauh lebih ngerti dengan maksud pemerintah. Jadi bukan listriknya yang dinaikkan melainkan subsidi listriknya yang dicabut. Tapi orang kayaknya udah kepalang emosi ya, apa pun bahasanya, pokoknya buat mereka, pemerintah menaikkan listrik, titik!

Berita pencabutan subsidi listrik ini bikin saya jadi mengerti kenapa kok tarif listrik di rumah saya mahal banget. Awalnya saya gak tau sih kalau tarif listrik saya itu mahal. Tapi karena banyak ibu-ibu yang sering update status tarif listrik bulanan mereka di sosial media, saya jadi tau kalau listrik di rumah saya luar biasa mahalnya.

Yang saya bingungin dari dulu itu, kok bisa mahal padahal rumah saya minim barang elektronik. Cuma ada magic com yang jarang nyala karena pemiliknya lebih sering beli makan di luar :D, terus lampu yang juga cuma 4-5 biji yang nyala malam hari doank, mesin cuci yang dipakai cuma 2-3 kali seminggu, sama lemari es, AC dan TV yang nyala hampir 24 jam setiap hari.

Awalnya sih mikir karena AC dan TV yang terus-terusan nyala si penyebab mahalnya tarif listrik di rumah. Terutama TV sih yang emang dayanya besar banget. Tapi tetep aja mahalnya kok gak kira-kira. Hampir sama dengan rumah yang elektroniknya jauh lebih banyak dari rumah saya.

Lalu muncullah pencabutan subsidi listrik ini, dan ada yang mengeluh kalau listriknya naik 50 sampai 100 %. Ada yang biasanya cuma bayar 300 ribuan jadi harus bayar 600 ribu, atau yang biasanya 100 ribu jadi 200 ribu, dan ada juga yang tarif listriknya tetap stabil. Yang jelas gak ada yang turun, hehe.

Tarif listrik saya termasuk yang stabil karena listrik di rumah gak pake subsidi sejak dahulu kala. Dan di situlah saya mengerti kenapa kok listrik saya mahal banget dibanding yang lain. Ya karena listrik saya gak disubsidi. Tapi sekarang saya seneng deh karena udah banyak temannya yang tarif listriknya sama, haha.

2 comments:

  1. Mantabbb ada blog baruuuu, ramein ahhh

    ReplyDelete
  2. Naiknya sampe 100 persen, bahkan ada yang bilang 200%, padahal gaji gak ikutan naik huhuhuhuu btw Mbak, blognya ada dua toh?

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | TEMPLATE BY RUMAH ES