Friday, July 21, 2017

Pantau Gambut Agar Tak Ada Lagi Surat Terbuka Untuk Presiden Dari Anak Indonesia


"Pak Presiden, kalau tak bisa padamkan asap, jatuhkan saja bom nuklir di kota kami agar kami mati secara langsung daripada harus mati perlahan karena asap"

Pastinya sudah tak asing lagi donk dengan surat terbuka untuk Bapak Presiden dari anak-anak korban kebakaran hutan gambut di pulau Sumatera dan Kalimantan tersebut?

Dulu bencana kebakaran hutan gambut memang seolah menjadi peristiwa wajib yang terjadi di Indonesia bahkan dampaknya dirasa hingga ke negeri tetangga. Tak jarang asap dari imbas kebakaran memakan korban dari dewasa hingga anak-anak, tak ayal banyak masyarakat yang membuat surat terbuka untuk Presiden karena tak tahan dilanda bencana satu ini terus menerus.

Beruntunglah, selama 2 tahun belakangan ini, bencana kebakaran hutan sudah tak lagi menghampiri negara Indonesia. Tak lagi terdengar berita tentang asap, wabah penyakit paru-paru, dan langit gelap di pulau Sumatera dan Kalimantan. Kita patut bersuka cita, tapi tetap tak boleh terlena karena bahaya kebakaran tetap mengintai dan bisa datang lagi sewaktu-waktu. Tetap konsisten memantau lahan gambut menjadi solusi agar bencana kebakaran hutan dapat diminimalisir.

Agar program pantau gambut berjalan di masyarakat, tentunya kita harus mengetahui seluk beluk mengenai lahan gambut terlebih dahulu.

APA ITU LAHAN GAMBUT?



Lahan gambut adalah lahan yang tersusun oleh tanah hasil dekomposisi tidak sempurna dari vegetasi pepohonan yang tergenang air sehingga kondisinya anaerobik. Material organik tersebut terus menumpuk dalam waktu lama sehingga membentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan lebih dari 50 cm. (Sumber: Jurnalbumi.com)

Proses pembentukan lahan gambut dimulai dari danau dangkal yang ditumbuhi tanaman air yang mati kemudian melapuk dan membentuk lapisan organik yang tebal di atasnya. Oleh karena itulah mengapa lahan gambut lebih banyak dijumpai di daerah rawa-rawa atau lahan basah lainnya seperti di pulau Kalimantan dan Sumatera.

MANFAAT LAHAN GAMBUT

Sebagai lahan basah, gambut kerapkali disebut sebagai lahan yang tidak produktif dan sulit dimanfaatkan. Padahal justru karena karakteristik gambut yang unik tersebut membuatnya bermanfaat dalam menyimpan gas karbondioksida serta mampu menyerap air lebih banyak dari jenis tanah lainnya sehingga gambut sangat bermanfaat dalam menjaga kestabilan iklim dunia serta mencegah terjadinya banjir.

Lahan gambut juga bisa menjadi sumber pangan bagi masyarakat karena merupakan habitat dari sumber pangan hewani seperti ikan, udang, serta kepiting.

LAHAN GAMBUT DAN KEBAKARAN



Di Indonesia, lahan gambut sering diidentikan dengan bencana kebakaran hutan. Padahal karena sifatnya yang mampu menyerap air lebih banyak membuat lahan gambut seharusnya tak mudah terbakar.

Yang terjadi di Indonesia sesungguhnya adalah adanya alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Cara yang dilakukan untuk membuat lahan gambut menjadi lahan pertanian adalah dengan mengeringkan kandungan air dalam gambut agar lahan dapat ditanami.

Proses pengeringan lahan gambut inilah yang menyebabkan lahan mudah terbakar karena dapat mempercepat pembusukan bahan organik serta terjadi pelepasan karbondioksida secara terus menerus.

Jadi musim kemarau atau pembakaran lahan yang selama ini digadang-gadang sebagai pemicu terjadinya kebakaran hutan gambut hanyalah perantara saja, penyebab utama mudahnya lahan gambut terbakar yang sesungguhnya adalah alih fungsi lahan dengan cara pengeringan gambut.

#PANTAUGAMBUT UNTUK INDONESIA LEBIH BAIK

Gangguan pernapasan dan penglihatan, terganggunya akses pendidikan, tertundanya jadwal transportasi penerbangan, kerugian finansial negara, lepasnya emisi gas rumah kaca secara besar-besaran, serta rusaknya ekosistem dan keanekaragaman hayati merupakan serangkaian dampak buruk akibat terjadinya kebakaran hutan gambut yang kerap melanda Indonesia.

Salah satu cara mencegah kebakaran hutan gambut adalah dengan tidak mengubah fungsinya menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Namun di sisi lain, pulau-pulau dengan tanah subur di Indonesia makin kecil lahan produktifnya karena berubah fungsi menjadi pemukiman. Mau tak mau, masyarakat harus memanfaatkan lahan kosong seperti lahan gambut yang memang banyak terdapat di Indonesia sebagai lokasi pertanian.

Lahan gambut sebenarnya bisa saja dimanfaatkan menjadi lahan produktif asal kita tahu cara memanfaatkannya tanpa mengubah karakteristik gambut itu sendiri.

Yang harus dilakukan ketika membuka lahan gambut sebagai lahan pertanian adalah hanya membuka lahan di tanah gambut dengan lapisan maksimal 3 meter. Selain itu, gambut yang telah dibuka harus diatur muka airnya melalui kanal drainase. Sistem penanaman lahan secara tumpang sari juga sangat membantu dalam pengelolaan lahan gambut dalam meminimalisir penguapan emisi gas rumah kaca.

Sedangkan untuk lahan gambut yang sudah terbakar atau rusak, upaya-upaya restorasi sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan fungsi lahan gambut kembali. Membuat aturan serta tindakan tegas kepada perusahaan mau pun oknum yang dengan sengaja merusak lahan gambut pun sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya kembali bencana kebakaran.

Namun tentu saja, upaya pemerintah tersebut tidak akan berhasil jika tak ada dukungan dari masyarakatnya. Maka yang harus kita lakukan adalah dengan ikut memantau gambut agar tetap lestari.

Ada istilah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, maka salah satu langkah mudah dalam gerakan pantau gambut yang dapat kita lakukan adalah dengan mempelajari dan mengenal lebih dalam mengenai seluk beluk lahan gambut agar timbul rasa sayang dan keinginan untuk menjaga lahan gambut.

Jangan lupa juga untuk menyebarkan informasi sebanyak-banyaknya agar makin banyak orang yang menyayangi lahan gambut, agar tak ada lagi bencana kebakaran hutan, agar tak ada lagi korban wabah penyakit pernapasan, dan tak ada lagi anak Indonesia yang membuat surat terbuka untuk Presiden karena tak tahan dengan dampak buruk kebakaran.



Sumber Penulisan:
www.jurnalbumi.com
www.pantaugambut.id
www.mongabay.co.id

Sumber Gambar:
www.pixabay.com


12 comments:

  1. Membayangkan suasana disana yang panas, pernafasan terganggu, ah kasian ya..

    Semoga saja lahan gambut ini bisa menjadi produktif lagi.

    ReplyDelete
  2. memang memprihatinkan banget ya mba soal kebakarab hutan itu. semmoga dg adanya sosialisasi dr pemerintah, masyarakat jd lebih melek apa yg harus dilakukan untuk menjaga lahan gambut

    ReplyDelete
  3. Sedihnya jika ada yang merusak lahan gambut dengan sengaja ya. Kebakaran hutan gambut benar2 berdampak buruk dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan.

    ReplyDelete
  4. Jadi ingat kasus kebakaran lahan yang sangat menganggu ya Mak :(

    ReplyDelete
  5. ngomongin tentang lahan gambut, di daerahku baru aja kebarakan lahan gambut mbak... asap dimana dan penyakit ispa meningkat

    ReplyDelete
  6. Sudah mau 2 tahun ya tidak dikabarkan terjadi kebakaran dan kabut asap lagi. Semoga terus lebih baik tanah airku

    ReplyDelete
  7. Siapalagi yang menjaga lingkungan selain kita ya mba..apalagi lahan gambut yang sejatinya dijaga malah banyak asap dimana2 karena dibakar..sedihh

    ReplyDelete
  8. Lahan gambut memang unik banget dan perlu penanganan khusus ya mba. Jangan sampai tersulut api karena kalau sudah tersulut susah memadamkannya. Seperti hati... hihi..

    Semoga kepeduliaan akan lingkungan makin besar dan lahan gambut kita makin terjaga.

    ReplyDelete
  9. semoga restorasi gambut berjalan lancar. jgn lupa kunjungan balik ya www.agusdaud.id

    ReplyDelete
  10. Huhu jadi keinget peristiwa kebakaran lalu.. Semoga ga terulang lagi kehajian yg sama ya

    ReplyDelete
  11. baru tau ternyata dibakar supaya mempercepat proses dari gambut ke perkebunan ya. duh PR negeri ini buat bisa punya akhlak sabar.

    btw jadi inget peristiwa suram th 2015 lalu.. saya aja yg cuma lewat berasa sesaknya, apalagi yang stay d rumah.. Na'udzubillah..

    ReplyDelete
  12. sedih kalau lihat berita kebakaran, terus penasaran, kok gaada berita tentang hukuman para oknum. seharusnya dihukum seberat2nya biar kapok. nanam hutan gambut kan bukan hitungan hari :(

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | TEMPLATE BY RUMAH ES