Wednesday, April 5, 2017

Untuk Dia yang Membuat Saya Menjadi "Non Pribumi"



"Heh, Cina loleng..."

Begitulah beberapa teman sekolah memanggil saya. Menurut mereka, wajah saya mirip dengan anak-anak keturunan Tionghoa, meskipun saya sendiri gak pernah merasa memiliki wajah khas etnis Cina tersebut.


Awalnya saya biasa saja dengan panggilan tersebut yang baru saya tahu ternyata memiliki artian negatif. Dari yang saya baca, dahulu panggilan Cina loleng diucapkan oleh orang-orang yang anti Cina, loleng sendiri berarti keranjang babi.

Karena dulu saya tak mengerti artinya, jadi saya sama sekali tak tersinggung ketika banyak yang memanggil saya dengan sebutan Cina loleng. Saya juga yakin teman-teman saya pun tak mengerti artinya, hanya ikut-ikutan semata.

Selain itu memiliki wajah yang dianggap mirip etnis Cina, bagi saya tak ubahnya seperti si A yang mirip ayahnya atau si B yang mirip ibunya. Namanya juga anak kecil, masih belum mengerti betul tentang perbedaan RAS.

Menginjak usia remaja, semakin banyak saya bertemu teman-teman baru, semakin banyak pulalah yang memanggil saya dengan sebutan Cina. Panggilannya pun sudah tak melulu Cina loleng, tapi bertambah menjadi sipit, tacik, nonik, vampir, VOC sampai penjajah. Lucu juga sih kalau diingat, apalagi panggilan VOC dan penjajah yang padahal sama sekali gak ada hubungannya dengan Cina.

Makin lama, yang memanggil saya Cina juga tak terbatas dari kalangan teman sekolah tapi juga orang-orang yang saya temui di jalan. Mungkin karena saya tinggal di daerah yang penduduk berwajah Cinanya gak sebanyak dengan di pulau Jawa, Kalimantan, atau Sumatera. Jadi mereka tak biasa melihat wajah-wajah yang berbeda dengan wajah Indonesia kebanyakan.

Dari yang awalnya biasa-biasa saja dengan berbagai panggilan Cina yang ditujukan pada saya, lama-lama rasanya risih juga. Apalagi kadang beberapa orang memanggil julukan Cina sambil mengolok-olok dengan ekspresi menyebalkan seolah-olah memiliki wajah berbeda itu adalah kesalahan besar.

Karena wajah saya pula, beberapa orang menjadikan saya sasaran empuk untuk dibully, beberapa lainnya tak menganggap saya ada. Untungnya masih ada teman-teman yang mau menerima saya tanpa melihat siapa dan seperti apa wajah saya.

Dan kalau harus ada yang disalahkan atas wajah saya yang kata banyak orang seperti etnis Cina ini, orang itu tak lain dan tak bukan adalah Papa saya sendiri.



Ayah dari Papa alias kakek saya merupakan pria keturunan Cina yang menikah dengan wanita Jawa alias nenek saya. Dari pernikahan mereka lahirlah enam orang anak yang semuanya bermata sipit. Tapi gak semua dari enam anak tersebut berwajah Cina, sebagian ada yang memiliki wajah khas Jawa dengan kulit sawo matang. Papa saya sendiri termasuk anak yang memiliki wajah Jawa. Ndilalah, wajah Cinanya malah menurun ke anak perempuannya dan jadilah saya yang terpaksa harus berteman dengan berbagai julukan Cina.

Kadang saya merasa sebal, kenapa wajah Cina harus menurun ke saya sedangkan adik saya gak ikut mewarisi wajah tersebut. Saya sebal karena Papa, saya jadi memiliki wajah berbeda dan dibedakan dengan yang lain. Padahal kan bukan saya yang minta untuk bisa punya wajah Cina. Saya juga gak pernah merasa bahwa wajah saya seperti etnis Cina, orang-oranglah yang kekeuh memanggil saya begitu.

Dan sebanyak apa pun, sengotot apa pun orang memanggil saya Cina, kenyataannya saya tetap warga Indonesia, bahasa saya ya bahasa Indonesia campur Jawa. Kalau lebaran, pulang kampungnya ke Blitar bukan ke Shanghai, haha.

Meskipun bukan 100 persen warga minoritas, karena toh darah saya sudah campuran dari berbagai daerah, tapi saya menyadari bahwa menjadi berbeda itu memang tak mudah. Mungkin harusnya saya tak pernah merasa sebal pada Papa yang menurunkan gen Cina itu pada saya. Justru karena Papa, saya jadi tau bagaimana rasanya menjadi berbeda sehingga membuat saya sekarang selalu berusaha menghargai perbedaan, baik perbedaan suku, agama, pendapat mau pun pola pikir.

Tak ada alasan lagi bagi saya untuk sebal pada Papa, dan tak perlu alasan juga mengapa saya menyayangi Papa, orang yang telah berbuat banyak untuk keluarga kami. Yaah meskipun tak jarang juga kami berselisih paham, namanya juga keluarga pasti pernah mengalami gesekan, hehe.

Setelah memiliki anak, saya semakin menyadari betapa Papa menyayangi anak-anaknya meskipun tak pernah menunjukkannya. Papa yang saya anggap suka memaksakan kehendak, galak luar biasa, menjadi satu-satunya orang yang menerima keputusan saya untuk menjadi ibu rumah tangga. Saya tahu beliau sesungguhnya kecewa karena selama ini dia punya mimpi anaknya bisa sukses dengan kariernya, tapi dia tak pernah menunjukkannya. Bahkan Papa sering mengirimi saya uang tanpa diminta. Hal ini justru membuat saya merasa bersalah karena belum bisa membalas peluh dan kerja kerasnya untuk membiayai kebutuhan saya selama ini.

Tanggal 2 Juni mendatang Papa akan berulang tahun yang ke 53. Saya ingin memberinya hadiah ulang tahun sebagai ucapan terima kasih dan tanda kasih sayang saya pada beliau. Hadiah yang ingin saya berikan adalah sebuah gadget berupa handphone.

Papa adalah orang yang rasa ingin tahunya besar sekali, beliau suka mempelajari hal-hal baru di sekitarnya. Mulai dari utak-atik komputer, belajar ilmu teknik, pertanian, sampai membuat aplikasi dia pelajari secara otodidak. Karena rasa ingin tahunya tersebut juga, beliau selalu penasaran untuk mengutak-atik handphone canggih milik anak-anaknya. Saya tahu, beliau ingin sekali memiliki handphone canggih keluaran terkini, tapi sebagai orang tua, beliau harus menahan egonya dan membiarkan anak-anaknyalah yang selalu up to date dengan handphone keluaran terbaru. Papa mengalah dan harus puas dengan handphone jadulnya. Kalau pun punya hanphone baru, tak lain dan tak bukan adalah lungsuran milik anak-anaknya. Oleh karena itu, handphone terkini saya rasa adalah hadiah yang tepat untuk si Papa mata sipit wajah Jawa ini, hehehe.


Kriteria handphone yang saya mau untuk Papa antara lain.

1| Kamera Resolusi Besar

Minimal 8 Megapixel ke atas lah dan harus dilengkapi fitur autofocus karena Papa sedang gemar mengunggah foto kegiatannya ke sosial media, sedangkan kualitas kamera handphonenya sungguh memprihatinkan. Seringkali hasil foto yang diunggah ngeblur, buram bahkan gak jelas. Resolusi kamera yang besar pasti membuat hasil fotonya lebih memukau.

2| Mendukung 4G LTE

Supaya aktivitas berinternet dan bersosial medianya makin lancar, hehehe.

3| Layar Besar dan Lega

Pernah melihat orang tua yang menatap layar handphone sambil memicingkan mata dan menjauhkan posisi handphone karena rabun dekat?

Nah Papa termasuk salah satunya, jadi layar handphone harus berukuran lega untuk mempermudah Papa membaca pesan atau tulisan pada handphone.

4| Mudah Digenggam dan Slim

Kalau bepergian, Papa jarang sekali membawa tas jadi handphonenya selalu ditaruh di saku celana atau kemeja. Oleh karena itu handphone Papa haruslah yang mudah digenggam dan berukuran tipis agar cukup dalam sakunya.

5| Layar Gorila Glass

Selain membuat tampilan gambar lebih jernih, gorila glass juga lebih awet dan tahan gores. Mengingat kebiasaan Papa yang suka menaruh handphone di saku celana atau kemejanya.

6| Baterai Awet

Papa termasuk orang yang mobilitasnya tinggi dan sering bepergian jauh jadi baterai handphonenya harus awet agar tetap bisa dihubungi ketika sedang dalam perjalanan.

7| OS Android Marshmallow

OS Marshmallow, khususnya versi 6.0.1 adalah android versi yang paling baru yang tentunya akan membuat handphone makin canggih dan Papa akan lebih leluasa mengeksplore aplikasi dalam handphonenya.

8| Bukan Merk Cina

Dari dulu handphone yang Papa miliki seringkali bermerk Cina yang murah. Masa udah darah keturunan Cina, handphone juga harus merk Cina terus? Sesekali merk Korea lah, siapa tahu bisa kayak Oppa-oppa atau Ahjussi-ahjussi, haha.

Pas banget, hari ini saya dibuat hepi oleh Elevenia karena muncul pemberitahuan di mobile aplikasi saya kalau sedang ada promo handphone terbaru. Waah langsung deh berburu handphone yang cocok untuk Papa.

Gak cuma promonya yang selalu bikin hepi, berbagai kelebihan Elevenia juga bikin makin-makin hepi lagi.

Kelebihan berbelanja di Elevenia tersebut antara lain.

1| Akses Cepat

Saya tinggal di pinggiran kota di mana sulit sekali mendapatkan akses internet cepat. Ketika ingin berbelanja lewat situs daring, seringkali terkendala dengan lamanya situs tersebut terbuka sempurna hingga akhirnya saya menyerah dan batal berbelanja.

Tapi ketika saya membuka situs Elevenia, saya dibuat terkesima karena loadingnya terhitung cepat meskipun kondisi sinyal internet yang minim di rumah saya.

Untuk membuktikan seberapa cepat akses saat membuka situs Elevenia, saya mencoba membandingkan kecepatannya dengan tiga situs daring serupa menggunakan google insight, dan hasilnya, meskipun masih butuh beberapa perbaikan namun Elevenia terbukti memiliki kecepatan paling unggul baik pada tampilan ponsel maupun desktop.

Klik untuk memperbesar gambar


2| User Friendly

Tampilannya yang clean dan simpel serta berbagai pilihan filter yang lengkap sangat memudahkan bagi pelanggan untuk berbelanja.

Gak cuma website, versi aplikasi dari Elevenia juga dibuat user friendly, jadi orang-orang yang agak gaptek seperti saya ini bisa dengan mudah menggunakannya.


3| Pilihan Barang Banyak

Saat ini Elevenia menaungi lebih dari 23.000 seller dengan lebih dari 2 juta list produk dan jasa yang terbagi menjadi 8 kategori, yaitu fashion, beauty/health, babies/kids, home/garden, gadget/komputer, electronics, sports/hobby/automotive, dan service/food. Mau beli apa aja ada, beli make up, baju, popok, handphone, laptop, isi pulsa, sampai bayar listrik, bisa semua di Elevenia.
4| Diskon Setiap Hari

Biasanya kita kalau mau belanja pasti menunggu momen-momen tertentu di mana biasanya banyak promo dan diskon, tapi di Elevenia mah bisa belanja kapan aja, diskonnya ada terus tiap hari.


5| No Tipu-tipu

Salah satu resiko belanja online ya memang soal penipuan. Sudah transfer uang eh ternyata barang gak dikirim sama penjualnya. Nah di Elevenia semua pembayaran ditransfer ke rekening Elevenia, setelah itu penjual mengirim barang ke pembeli. Jika barang sudah dikirim dan sesuai dengan yang dibeli, baru uangnya akan diberikan ke penjual.

6| Poin Tiap Belanja

Setiap belanja minimal Rp 75 ribu, maka member Elevenia akan mendapat poin sebesar Rp 5 ribu yang bisa dipakai untuk transaksi berikutnya. Waah ini sih sama dengan tambahan diskon ya?

7| Kredit Tanpa Kartu

Beberapa kali saya sempat terkecoh dengan penawaran kredit tanpa bunga dari situs daring. Ketika ditelusuri, ternyata pengajuan kredit tersebut khusus untuk member yang memiliki kartu kredit.

Nah, kalau di Elevenia, barang yang dibeli bisa menggunakan sistem pembayaran kredit tanpa kartu-kartuan dengan layanan Kredit Plus.

Cara pengajuan kreditnya juga gampang, cukup menyiapkan data diri yang semuanya dilakukan secara online atau lewat telepon.

Emang ya, namanya kartu kredit kan biasanya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas yang tinggal di kota-kota besar, padahal kebanyakan yang butuh kredit kan para pembeli dari kalangan menengah ke bawah. Ini nih yang namanya menjangkau semua kalangan.
Masih banyak lagi berbagai kelebihan yang akan didapat jika berbelanja di Elevenia yang tentunya akan membuat transaksi semakin hepi. Lanjut cari handphone buat Papa ah.


2 comments:

  1. Anakku nih Mbak, sering dipanggil Cina Jawa. Padahal nggak ada keturunan lho. Aku takutnya kok ntar kalo besar jadi korban bully juga. Amit2 ya Allah.

    ReplyDelete
  2. Hahaha cina loleng, mirip kek panggilan yg ditujukan ke kakakku dan beberapa sepupu. Kdg ngiri, apalagi kakakku cowok, enak mah dia gk bisa item...motoran di Sby gk pake jaket cuek aja, paling kulitnya merah2 doang trus kulitnya, cepet balik lg hihihi

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | TEMPLATE BY RUMAH ES